Balas dendam terbaik: Apakah harus menghilang dalam proses bertumbuh?
Filosofi tulip putih
Warna putih melambangkan kebebasan, keterbukaan dan bebas dari apapun. Sedang makna dari bunga tulip putih adalah melambangkan rasa simpati atau permintaan maaf, pengampunan, dan penyesalan.
Gambar tulip putih dipilih sebagai sampul artikel karena menurutku memiliki filosofi yang relavan dengan perasaan sakit hati dan balas dendam.
Kita perlu membebaskan diri dari perasaan tidak nyaman, dan bunga tulip mengartikan bahwa dengan memberi dan meminta maaf dengan tuluslah yang dapat membawa kita pada kebebasan dan keterbukaan tersebut.
***
Bicara soal hidup dan kehidupan, sebagai makhluk sosial, kita tidak bisa terlepas dari berbagai persoalan yang melibatkan manusia lain dalam prosesnya. Lahir dan tumbuh dengan latar belakang yang beragam, membentuk kita menjadi manusia yang berbeda di berbagai hal, seperti sudut pandang, gaya, selera, ambisi, prinsip dan hal-hal lainnya.
Sehingga tidak bisa dipungkiri, jika dalam kehidupan yang saling berdampingan tersebut terjadi gesekan diantara manusia satu dengan manusia lainnya.
Sebagai makhluk pembelajar, kita dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dalam berbagai relasi dan situasi. Dan hal tersebut bukanlah suatu keniscayaan. Kemampuan memahami, menyesuaikan diri, dan menghargai perbedaan juga perlu diasah, ada proses belajar yang harus ditempuh.
Dalam perjalanan hidup, tentu kita menyadari bahwa setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam menikmati kehidupannya.
Karena hal tersebut dipengaruhi banyak faktor, salah satu diantaranya adalah bagaimana ia membangun sudut pandangnya terhadap sesuatu, bagaimana proses ia berfikir untuk akhirnya memahami makna hidup itu sendiri.
Sebagai manusia yang dikaruniai akal pikiran, dan perasaan, tentu tidak jarang banyak pikiran dan perasaan buruk datang pada situasi tertentu yang membuat kita kurang nyaman merasakannya, yang diakibatkan oleh perilaku orang lain yang menjadikan ego kita terluka.
Sehingga dibeberapa kesempatan kita lupa untuk mengontrol diri, meski sebetulnya kita sudah tahu bagaimana cara menghadapi hal tersebut.
Kadangkala bukan karena seseorang dengan sengaja membuat perasaan kita terluka, ada beberapa faktor dan alasan yang menjadikan kita akhirnya terluka atas seseorang. Dalam kehidupan, manusia akan senantiasa saling melukai dan terluka, hal tersebut adalah sesuatu yang normal.
Karena manusia selalu berubah, dan nilai-nilai dalam diri manusia tersebut juga ikut berubah yang akhirnya menjadi alasan mengapa manusai bisa saling melukai, karena kurangnya memahami, dan kompromi sebab sudah terlanjur dikuasai emosi.
Atau karena beberapa alasan lainnya seperti seseorang tersebut tidak memenuhi ekspektasi kita, sehingga kita kecewa. Serta kesalahpahaman yang terjadi yang menimbulkan perasaan sakit.
Manusia adalah makhluk terbatas, sehingga hal yang sangat wajar jika kita kemudian kehilangan kendali atas emosi kita. Kehilangan kontrol diri tersebut menjadikan kita lebih emosional dalam menanggapi hal yang kurang menyenangkan dan membuat tidak nyaman tersebut.
Dengan beragamnya karakter manusia, tentu cara dari setiap kita dalam merespon rasa sakit itu berbeda, ada yang memang menerima saja, dan berupaya untuk memahami bahwa hal tersebut terjadi karena memang seharusnya begitu.
Atau karena perasaan yang terluka tersebut akhirnya beberapa dari kita mungkin merasa harus melakukan sesuatu untuk membalas perbuatan seseorang yang menyakiti ego kita, hal tersebut biasa kita kenal dengan istilah balas dendam.
Apakah perilaku 'balas dendam' memang diperlukan oleh kita? Dan apakah balas dendam selalu memiliki konotasi yang negatif?, sehingga perbuatan tersebut dianggap sebagai tindakan yang keliru, karena dalam agamapun tidak pernah diajarkan untuk membenci apalagi sampai menyimpan perasaan dendam terhadap sesama manusia.
Tapi menurutku, 'balas dendam' tidak selalu berarti buruk. Setiap dari kita memiliki caranya masing-masing dalam membalas dendam terhadap seseorang.
Ada yang terdorong dari perasaan terlukanya untuk terus memperbaiki diri menjadi diri dengan versi yang lebih baik, tidak ingin terlihat sebagai orang yang paling terluka dan menjadi korban.
Meski dalam hatinya masih menggerutu rasa sakit, tapi ia enggan untuk memperlihatkan itu, karena dianggap lemah dan khawatir bahwa hal itu menjadikannya seperti orang yang kalah.
Biasanya hal ini dialami oleh seorang yang sangat kompetitif, karena ia tidak ingin dirinya terlihat tidak lebih baik daripada orang yang dianggap telah melukai perasaannya.
Balas dendam lainnya adalah dengan cara menghilang, dan menjalani kehidupan baru, bukan bersembunyi, tapi menganggap bahwa cara balas dendam terbaik dari rasa sakit hati adalah dengan hidup lebih baik dan terus bertumbuh tanpa perlu diketahui oleh seorang yang melukainya.
Karena ia sudah berdamai dengan dirinya, dan sudah selesai dengan rasa sakit itu. Ia memilih untuk memutuskan hubungan, dan jalan komunikasi. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga kewarasan dan kesehatan mentalnya.
Selain kedua itu, ada satu cara balas dendam yang berada ditengah-tengah, adalah dengan tidak perlu menghilang, tidak perlu lari dan melarikan diri, cukuplah fokus untuk menjadi terang dan memupuk kualitas diri agar terus bertumbuh.
Selagi menjalani kehidupan baru tersebut, biarkan diri kita dilihat oleh ia yang membuat perasaan kita terluka, biarkan dia melihat perkembangan kita menuju cemerlang tersebut, sehingga membuatnya menjadi berfikir bahwa ada dan tidak ada dirinya, tidak menurunkan nilai diri kita.
Bahwa ternyata keberadaannya tidak seistimewa itu, bahwa luka dan sakit hati tak menjadikan kita manusia yang menyedihkan.
Buatlah ia merasa tidak nyaman dan terganggu atas bertumbuhnya kita. Karena kita telah berdamai dengan diri sendiri, telah selesai dengan orang tersebut sehingga keberadaannya tidak lagi mengganggu kita.
Kitapun tidak perlu terobsesi untuk menjadi terlihat lebih bahagia. Karena kita menyadari bahwa bahagia dan terluka, jatuh dan bangun adalah harga yang harus dibayar dalam kehidupan untuk sesuatu yang lebih baik, dan semua manusia mengalami itu.
Cukup menjalani kehidupan yang memang seharusnya kita jalani. Tujuan dari bertumbuhnya kita pada proses balas dendam ini, bukan untuk berkompetisi siapa yang menang dan siapa yang kalah.
Melainkan karena memang sudah berdamai tanpa harus membenci dengan cara memutus komunikasi dan memblokir semua media yang menghubungkannya dengan orang tersebut.
Karena ia menyadari bahwa ada hal-hal diluar kendali diri, seperti perilaku, penilaian, dan sikap seseorang terhadap kita. Tapi kita memiliki kuasa penuh, apakah akan membiarkan hal di luar kendali kita menguasai diri kita?.
Ketika seseorang sudah memegang nilai tersebut, terhubung atau tidaknya ia dengan seseorang yang pernah melukai egonya, tidak membuat dia merasa buruk, ia telah nyaman dan tahu bagaimana cara menikmati hidup.
Segala bentuk pernyataan di atas adalah bersifat opini, berdasarkan kacamataku sebagai penulis. Semua hal tersebut tergantung bagaimana kita memilih jalan hidup, bagaimana kita memutuskan sesuatu harus dijalani.
Setiap orang berada pada situasi yang berbeda, meski tidak sedikit pernah mengalami kondisi yang sama, tapi manusia memiliki kapasitasnya masing-masing, memiliki kuasa penuh atas dirinya.
Karenanya kita perlu lebih bijak dalam menentukan hal apa yang memang sebaiknya kita pilih, tidak terdorong oleh opini orang lain. Jikapun ternyata hal tersebut relate dengan situasi kita, artinya kita bisa sama-sama belajar dari pengalaman.
Artikel ini bertujuan untuk berbagi sudut pandang dan pengalaman sebagai salah satu caraku belajar mengutarakan pendapat. Setiap orang bebas ingin melakukan 'balas dendam' seperti apa, tapi menurutku cara paling keren adalah dengan menjadi manusia yang terus belajar dan bertumbuh, memberi manfaat.
Sehingga tidak lagi memiliki ruang untuk membenci, dan akan lebih mudah menerima bahwa semua itu adalah pembelajaran. Karena setiap tempat adalah sekolah, dan setiap orang adalah guru. Selama kita hidup, selama itu pula kita tidak pernah selesai untuk belajar.
30 Maret 2024
Komentar
Posting Komentar