Menjemput ide dan gagasan, atau hanya perlu kita tunggu datang?
Setelah beberapa tahun belakang sempat hiatus dalam kegiatan menulis, melahirkan karya yang tak pernah rampung itu, aku menyadari beberapa hal penting meski sedikit tertinggal cara berpikirnya dengan kebanyakan orang. Bahwa sama halnya dengan sebuah hidayah, rezeki dan jodoh, ide dan gagasan tidak bisa hanya ditunggu kedatangannya, melainkan pula harus dicari tahu keberadaannya, dijemput dan dicari kemanapun sekiraanya ia bisa ditemukan, itu sebentuk usaha yang sepatutnya kita lakukan.
Menunggu bukan satu satunya cara untuk memperoleh ide, dan rupanya menunggu tidak selalu efektif meski kadangkala menjadi alternatif ketika kita sedang malas berkelana, meski menunggu juga barangkali termasuk bentuk usaha, tapi itu tidak bisa dijadikan satu satunya jalan untuk melahirkan ide. Buktinya adalah aku ini, menunggu ide menulis datang, tapi tidak juga ada satu paragrafpun yang bisa dituliskan, sekalipun jika sedang beruntung, ide memang bisa tiba-tiba datang meski harus dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, harus ada pemicu, tapi hal itu juga tidak cukup, kita perlu memiliki kepekaan terhadap hal-hal yang menjadi pemicu tersebut, walapun pemicu hadir, dan ide serta gagasan itu muncul, jika kita mengabaikan, atau tidak peka terhadapnya maka sama saja tidak akan ada tulisan yang bisa diselesaikan.
Sederhananya adalah bahwa kunci daripada melahirkan tulisan adalah dengan memulainya. Ada dan tidak ada ide, mulai saja dulu dari hal-hal yang dilihat, dirasa, didengar atau terpikirkan tiba-tiba. Tidak mungkin juga kita tidak terpikirkan sesuatu secara tiba-tiba, sebab otak selalu dengan atau tanpa sadar bekerja setiap saat, karena untuk bisa melahirkan ide dan menuangkannya dalam sebuah karya tulisan adalah dengan memulai, mengasah kepekaan dan temukan ide itu.
Hal yang banyak aku temui dari diri sendiri juga adalah, mengapa aku tidak pernah selesai melakukan pekerjaan yang aku sukai seperti menulis, itu karena aku terlalu banyak alasan. Sekali lagi kita terlalu banyak alasan, sehingga tidak ada yang kita lakukan.Boleh saja banyak alasan, tapi solusi harus jauh lebih banyak daripada alasan itu sendiri. Naaaah kira-kira apa yang bisa dilakukan agar tidak banyak alasan? hadirkan kecintaan kita terhadap sesuatu? mungkin iyaaa!, kalau kita sudah memiliki kecintaan terhadap sesuatu tentu jelas kita akan melalukan apapun untuk sesuatu yang kita cintain itu. Percaya atau tidak kadang memang seperti itu (kata orang).
Itu artinya jika kamu sudah biasa saja, atau kata anak zaman hari ini adalah kurang excited terhadap sesuatu, artinya kecintaanmu terhadap sesuatu itu hilang, atau mungkin berkurang. Naaaah hilang dan atau berkurangnya kecintaan terhadap sesuatu itu sendiri juga pasti dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, aku yakin banyaakk. Lagi-lagi ini soal alasan. Sekalipun kita mengatakan tidak ada alasan khusus, percaya atau tidak pasti ada alasan yang bahkan mungkin belum kita tahu penyebabnya, hal itu bisa juga terjadi karena kita belum menyelami diri sendiri, belum mengenal, bisa juga sudah kenal, tapi kita menolaknya sebagai sebuah alasan, atau kalau kata bahasa kerennya adalah denial.
Agar tulisan inipun tidak menjalar terlalu jauh, maka aku perlu membatasi soal mengenal diri sendiri, sebab hal itu panjang untuk menjadi bahan diskusi. Dilain kesempatan barangkali akan aku sedikit bahas soal ini pada tulisan lainnya.
Dan pada tulisan ini, dicukupkan dengan pernyataan bahwa kecintaan kita pada sesuatu bisa hilang atau berkurang karena hal-hal sederhana, yang jika dilihat lebih dekat itu menjadi tidak sederhana. Dan pembelajaran sederhana lainnya bahwa ide dan gagasan perlu juga diburu, agar tak menjadi abu-abu, dan berakhir melahirkan banyak alasan. Sebab tulisan inipun tentu belum sempurna, atau bahkan terlihat absurd, tapi yaaa namanya juga seni, semakin sulit dipahami, maka semakin mahal. Tapi apa ini juga berlaku untuk seni menulis? Agar tak banyak alasan, maka kuusahakan untuk menulis sesuatu yang absurd dan kurang terstruktur ini, tapi semoga sampai meski harus dengan upaya pemahaman yang mendalam. Dan bagaimana dengan kaliaaan mengenai apa yang kubahas diatas?
Komentar
Posting Komentar