Wajah Malam



Pada sebuah kubus besar, ia mengurung dirinya
Mencoba menggali orakel yang tertimbun, atau barangkali ia sengaja melarutkannya bersama air-air yang jatuh dari wajah bumi.

Bu, aku tak lagi pandai berkata-kata
Aku telah membunuh, hingga pikiranku terpenjara
Aku tak lagi hebat, penaku bisu seribu bahasa, ia telah kehilangan jiwanya
Kini hanya tergeletak diatas sebuah meja kosong yang tak berwarna, mungkin sebentar lagi roboh karena habis dimakan usia
Tumpukan buku-buku itu tak lagi berwajah ceria
Ia hanya menjadi adunan untuk memenuhi rak-rak tua itu

Bu, aku telah kehilangan diriku, atau mungkin aku hanya mengurungnya pada sebuah ruang.
Ia telah dikenang, tak tahu dalam bentuk wajah seperti apa, sudah cukup lama aku tak menyambanginya.

Bu aku telah menanggalkan diriku pada sebuah kekosongan atmosfer
Ia sudah tak lagi mengenali dirinya, sebagai sosok yang ramai
Ia hanya menyukai satu hal saja sekarang bu, tapi iapun tak tahu apa itu, barangkali damai atau jeda
Sialnya ia tetap merasakan resesi yang berkepanjangan

Tidak apa bu, kau tak harus mencemaskannya dengan terlalu
Ia sudah tahu jalan pulang
Ia sudah mafhum bagaimana memainkan tuas agar tetap melaju
Ia sangat piawai dalam memainkan perannya, aku penasaran ia belajar dari sosok siapa.

Bicaranya setengah sadar
Dengan sebuah bingkai lawas, ia menatap lamat-lamat wajah didalamnya.
Malam semakin merebak sedang air langit masih belum usai
Ia telah terbenam dalam igauan nyatanya.

Komentar

Postingan Populer