Perempuan liar simbol kehidupan: dalam buku ada serigala betina dalam diri setiap perempuan
“Perempuan liar mampu beradaptasi dengan tetap menjadi dirinya sendiri, sebab ia telah memiliki identitas diri. Ia akan menjalin persahabatan dengan tulus bukan untuk memenuhi kebutuhan diri akan dicintai atau dihargai. Perempuan liar tahu saatnya bangkit. Sudah mati sekalipun, terseok-seok serigala betina akan bangkit"
Ada Serigala Betina Dalam Diri Setiap Perempuan, sebuah judul buku karya Ester Lianawati yang mengundang rasa penasaran saya untuk membaca buku tersebut. Bermula dari ketidaksengajaan saya melihat sebuah postingan dari salah satu penerbit buku di Instagram, saya melihat sebuah buku bersampul ungu dengan judul yang menarik dan barangkali kesan pertama ketika kita melihat sampul buku tersebut adalah menakutkan, atau merasa dihinakan karena kita sebagai perempuan disamakan dengan seekor binatang buas.
Namun justru hal itu semakin membuat saya penasaran dan bertanya-tanya maksud dari judul buku tersebut apa. Apa korelasi antara serigala betina dengan perempuan. Secara sederhana tentu kita tidak melihat kesamaan, diantara keduanya jelas berbeda, serigala adalah binatang dan perempuan adalah manusia.
Saat itu saya memang sedang ingin belajar tentang teori feminis tentu sangat menginginkan buku itu menjadi kepunyaan saya. Namun demikian, sebelum saya memutuskan membeli buku tersebut saya mencari tahu di mesin pencarian tentang arti dari serigala betina.
Tentu bagi kita yang belum memahami maksud dari frasa serigala betina, kita akan mengasosiasikan serigala sebagai makhlus buas yang senang menerkam mangsanya dengan jahat. Membunuh siapapun yang dianggapnya musuh yang membuatnya merasa terancam. Namun setelah saya berhasil mencari informasi dari mesin pencarian tentang frasa dari serigala betina, justru hal itu memiliki konotasi yang baik.
Setelah saya membaca ulasan singkat mengenai isi buku tesebut saya memutuskan untuk membelinya. Awalnya saya mengira bawha buku tersebut merupakan sebuah novel tentang gambaran perempuan dengan kehidupannya yang kompleks, namun ternyata isinya merupakan kumpulan essai mengenai psikologi feminis dan isu-isu feminis dengan bukti-bukti yang ilmiah dan konkrit kurang lebih begitu.
Ada Serigala Betina dalam Diri Setiap Perempuan merupakan salah satu judul essai yang ada didalam buku yang ditulis Ester yang dijadikan judul besar dalam bukunya. Istilah serigala betina yang ditulis Ester mengacu pada sebuah karya milik Clarissa Pinkola Estes yang diambil dari judul bukunya Women Eho Run With the Wolves. Sejalan dengan pendapat Estes, Ester juga menuturkan bahwa ada kesamaan antara perempuan dengan serigala betina.
Dari yang dijelaskan dalam bukunya, Ester menuturkan bahwa serigala betina memiliki indra yang tajam, dengan kemampuan intuitifnya yang kuat karena belajar dari pengalamannya dalam menghadapi bahaya, serigala betina juga memiliki kepedulian terhadap sesama, keberanian dan kemampuan adaptasi dalam berbagai situasi kondisi.
Ester juga menjelaskan bahwa serigala betina merupakan binatang peyayang dan pelindung. Ia mencurahkan kasih sayang yang penuh kepada anak-anaknya dan tidak membiarkan apapun melukai mereka. serigala betina juga merupakan binatang yang setia sebagai pasangan namun tidak bergantung kepada pasangannya. Ia mampu melindungi dirinya sendiri, anak-anak dan kelompoknya. Ia pemimpin yang memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kelompoknya.
Dalam bukunya, Ester mengatakan bahwa perempuan yang memiliki kekuatan seperti itu disebut perempuan liar, namun keliarannya itu ditekan dan selalu berusaha untuk dijinakkan dengan nilai-nilai masyarakat yang patriarki. Sehingga perempuan masih hidup dalam ketakutan dan kehawatiran untuk dengan bebas dan merdeka dalam mengambil keputusan.
Arti liar yang disampaikan Ester yang merujuk pada karakter yang dimiliki serigala betina yang juga ternyata ada dalam diri perempuan bukan lagi dilihat sebagai sosok yang mengerikan, namun liar mengandung arti kebersatuan dengan alam, alam merupakan simbol kehidupan bukan kematian, oleh karenanya perempuan liar akan terus hidup meski ia harus terseok-seok dan jatuh, meski kehidupan tidak selalu baik ketika banyak hal tidak selalu menjadi apa yang ia inginkan ia tetap hidup dan tidak berlarut pada penyesalan, kesedihan dan rasa bersalah. Ia tahu bagaimana harus terus melanjutkan kehidupan, ia percaya bahwa ia bertanggung jawab penuh atas hidupnya dan melakukan yang terbaik untuk hidup dan terus menebarkan kasih sayang dan kehangatan kepada semua orang.
Dalam bukunya, Ester menggambarkan perempuan liar memiliki beberapa karakter diantaranya yaitu:
1. Tulus, Autentik dan Bebas Kompleks
Dalam bukunya Ester menerangkan bahwa perempuan liar merupakan pribadi yang hangat dan autentik. Ia adalah sosok yang jujur baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Ia tidak akan berpura-pura menikmati persahabatan hanya karena takut tidak memiliki teman. Perempuan liar tidak takut akan penolakan sosial karena ia memiliki identitas dirinya.
Ia akan membangun hubungan yang hangat dengan orang-orang penuh ketulusan tanpa harus menjadi orang lain agar diterima dalam sebuah hubungan sosial. Karena perempuan liar sudah mencintai dirinya sendiri ia tidak akan lagi terjerat dalam kompleks-kompleks kehidupan yang pura-pura. Ia telah mengenal dirinya sendiri dan tidak akan mengizinkan siapapun menetapkan kriteria atas dirinya harus menjadi perempuan seperti apa, sebab ia tahu kriteria yang harus ia miliki.
Perempuan liar tidak akan membiarkan masyarakat menetapkan kriterika kecantikan untuknya bahwa perempuan cantik ialah perempuan yang langsing, berkulit putih, ia tidak lagi dicengkram oleh tirani kecantikan. Ia memiliki kriteria cantik yang autentik, bahwa kehangatan, kemandirian, keberanian, kepedulian dan pengetahuan adalah kecantikan yang harus dimilikinya sebagai perempuan.
2. Tegas, Berani dan Otonom
Perempuan liar merupakan manusia yang berani mengambil keputusan, dan tidak membiarkan dirinya dikekang oleh nilai-nilai sosial yang patriarki. Banyak norma-norma yang diberlakukan untuk perempuan misalnya adalah bagaimana perempuan harus segera menikah ketika sudah berada di “usia menikah” atau norma lain yang mengekang kebebasan perempuan dalam menentukan pilihan, perempuan liar tidak takut mengambil keputusan yang berbeda.
3. Bangkit dan Belajar dari Pengalaman
Perempuan liar mampu bangkit dan akan menjadikan pengalaman buruknya sebagai sebuah pelajaran. Ia tidak akan menyalahi siapapun baik dirinya, orang lain ataupun keadaan atas keputusannya yang ternyata tidak membuahkan kebaikan sesuai yang ia harapkan.
Ia tidak akan terpengaruh oleh komentar-komentar yang menjatuhkan dan membangkitkan rasa bersalah dalam dirinya. Hal-hal inilah yang membunuh karakter perempuan sehingga perempuan merasa takut untuk mengambil keputusan karena ia khawatir keputusannya yang kontroversial ini justru berdampak buruk baginya.
Namun perempuan liar tidak akan terpengatuh oleh hal tersebut, ia tidak terjebak dalam perasaan-perasaan bersalah atas hasil yang tidak sesuai. Justru ia akan terus belajar dari ketidakbaikan dan pengalamannya tersebut. Perempuan liar menganggap bahwa apa yang terjadi merupakan pengalaman berharga baginya dimasa depan agar lebih cerdas dan bijaksana dalam mengambil sebuah keputusan agar tidak lagi terperangkap dalam bahaya yang sama.
Dalam bukunya Ester menuliskan bahwa perempuan liar tidak pernah melarikan diri dari masalah, ia tegar dan akan menghadapi masalahnya sebesar apapun sekalipun dengan terseok ia akan segera bangkit kembali seperti halnya serigala betina.
Perempuan liar bukan berarti perempuan yang tidak pernah merasa sedih dan kecewa, sama seperti manusia pada umumnya ia pun merasakan emosi itu, namun ia tidak membiarkan diri larut dalam kesedihan, dan keterpurukannya. Hal yang sudah berlalu membuatnya menjadi seorang yang lebih kuat, ia tahu kapan ia harus bangkit.
4. Kapasitas Mencintai
Dalam arti dari karakter serigala betina yang digambarkan sebagai binatang yang setia terhadap pasangannya, perempuan liar juga merupakan sosok yang setia terhadap pasangannya, penuh kehangatan dan kasih sayang. Perempuan liar sangat menghargai sebuah hubungan dan akan menjaga keharmonisan hubungannya dengan pasangan. Ia sangat menghargai dinamika kehidupan.
Dalam esai-esai yang ditulisnya Ester membangun kesadaran tentang bagaimana kompleksitas kehidupan perempuan dalam masyarakat dan mengajak kita untuk kembali melihat kedalam diri bagaimana kita harus berperan menjadi bagian yang tidak lagi memerangi sesama perempuan atas ketidakberdayaannya.
Bahwa menjadi perempuan yang sejahtera bukanlah menjadi perempuan yang sempurna. Namun menjadi sejahtera adalah menjadi diri yang telah bebas mengejar kesempurnaan dan kekhawatiran atas ketidakberdayaan kita memenuhi ekspektasi masyarakat.
Komentar
Posting Komentar