perjalanan waktu, atau ilusi alam bawah sadar?

Cerita kali ini adalah tentang pelajaran kehidupan yang aku sedikit mencernanya dalam sebuah drama Korea. Belum lama ini satu drama Korea yang rilis pada tanggal 8  September lalu sudah selesai ku tonton, serial Netflix dengan judul a time called you yang merupakan adaptasi dari serial Taiwan dengan judul Someday or One Day ini merupakan sebuah drama dengan genre romance dan perjalanan waktu.

Cerita yang diawali dengan seorang perempuan bernama Han Jun Hee yang sedang melewati masa sulit selepas kepergian kekasihnya akibat kecelakaan pesawat, hingga satu tahun berlalu  ia masih terus teringat dan meyakini bahwa kekasihnya belum meninggal. Hingga tiba saat ia menerima sebuah kado yang berisi sebuah kaset yang mengantarkan ia pada kehidupan lain di tahun 1998. Ia menyadari jiwanya tiba-tiba hidup dalam tubuh seorang perempuan lain yang memiliki wajah sangat mirip dengannya. selain itu dalam perjalanan waktunya ke masa lalu ia juga bertemu dengan seorang laki-laki yang wajahnya mirip dengan mendiang kekasihnya. disanalah cerita panjang terjadi.

Namun yang ingin menjadi ceritaku kali ini bukanlah tentang perjalanan waktu atau cerita percintaan yang disuguhkan dalam drama tersebut. Sepanjang 12 episode drama, aku cukup menikmatinya sebagai sebuah drama yang ringan untuk ditonton, meski dari awal hingga pertengahan episode aku sedikit merasa dibuat bingung oleh alur ceritanya, sebab alur cerita yang maju mundur dengan penokohan dan latar waktu yang berbeda.

Ada satu yang menarik bagiku dan menjadi kesimpulan sederhana yang bisa aku petik daripada drama ini adalah pelajaran tentang kehidupan yang aku meyakini banyak dari kita mengalaminya. Dari kisah yang diceritakan aku tertarik dengan tokoh Kwon Min Joo, ia adalah seorang perempuan yang hidup ditahun 1998 wajahnya sangat mirip dengan Han Jun Hee yang hidup dimasa sekarang. 

Dalam cerita, Kwon Min Joo merupakan sosok siswi perempuan yang memiliki kesulitan untuk menyesuaikan diri dilingkungannya sehingga ia tidak memiliki teman, ia selalu merasa sendiri dan kesepian, hal itu membuatnya frustasi dan merasa tidak berharga, ia merasa tidak ada yang menginginkan keberadaannya. bagaimanapun ia berupaya ia tetap merasa sendiri tidak berteman dengan siapapun selain hidupnya yang menyedihkan itu. 

Kehadiran Ha Jun Hee yang melakukan perjalanan waktu dan jiwanya masuk dalam tubuh Kwon Min Joo justru membuat Kwon Min Joo mengalami perubahan besar dalam kehidupan sosialnya. Dengan karakter Han Jun Hee yang menyenangkan dan mudah bergaul, membuat akhirnya Kwon Min Joo memiliki banyak teman dan disukai oleh banyak orang.

Singkat cerita, dari perjalanan waktu tersebut, muncul berbagai permasalahan yang justru semakin pelik. Nah yang menarik untuk kubagikan adalah akhir daripada cerita ini. Diakhir cerita, Kwon Min Joo terbangun dari komanya setelah kecelakaan beberapa waktu lalu, setelah itu ia menjalani kehidupannya kembali, ia mulai melakukan aktivitas seperti biasa, tapi segalanya kembali berubah, ia kembali menjadi Kwon Min Joo yang pemurung dan tidak bahagia sampai seorang sahabat yang juga seorang laki-laki yang menyukainya mengatakan kepada Kwon Min Joo bahwa ia tidak sendiri, ada orang-orang yang menyayanginya, ia hanya perlu mencoba membuka diri. Ia tidak harus menjadi orang lain untuk disukai dan dicintai oleh orang-orang disekitarnya.

Daripada cerita panjang yang disuguhkan dalam drama ini, yang menjadi pertanyaanku adalah apakah benar Han Jun Hee melakukan perjalanan waktu ke tahun 1998 sampai ia bertemu Kwon Min Joo, seorang perempuan yang mirip dengannya?.  Ada satu hal dugaanku setelah menonton episode terakhir dari drama nya adalah bahwa sebetulnya ia tidak pernah melakukan perjalanan waktu itu. Segala bentuk permasalahan dan tokoh tersebut hanyalah gambaran alam bawah sadar Kwon Min Joo yang sedang mengalami koma? Ia memiliki ekspektasi atas hidupnya, menginginkan kehidupan yang sempurna dan menggambarkan dirinya sebagai Han Jun Hee. Gambaran itu bisa dijelaskan oleh bagaimana kehidupan Kwon Min Joo sebelum mengalami kecelakaan yang menginginkan kehidupan normal seperti teman-temannya pada umumnya, memiliki teman dan dicintai oleh seseorang. 

Pelajaran hidup yang bisa aku ambil dari akhir cerita drama ini adalah bahwa semua orang betul pasti memiliki ekspektasi terhadap dirinya, dan hal-hal lain yang menjadi bagian daripada kehidupannya. Kita seringkali berupaya keras untu memenuhi ekspektasi tersebut tanpa turut mengukur diri, menyesuaikan diri atas kebutuhan dengan apa yang kita mampukan sehingga apapun yang kita miliki, apapun yang sudah menjadi bagian daripada kehidupan kita dianggap tak cukup, tidak membuat bahagia, dan tidak mengenyangkan ego kita sebagai manusia, sebab tidak sesuai dengan ekspektasi yang dibangun dalam kepala kita. 

Tentu memiliki ekspektasi terhadap sesuatu itu sah-sah saja menurutku, tapi kita juga tidak boleh menutup mata terhadap fakta bahwa hal-hal yang berada dalam lingkup kehidupan kita tidak selalu berada dalam kendali kita. Kita tidak bisa mengendalikan hal-hal diluar diri kita, yang bisa kita lakukan adalah mengendalikan apa yang ada dalam diri kita, seperti cara pandang kita, respond kita terhadap sesuatu, dan cara kita memperlakukan orang lain. 

Terlepas daripada persoalan bahwa tidak ada yang dengan salah menaruh ekspektasi, menurutku penting juga untuk tidak menaruh ekspektasi yang tinggi terhadap diri sendiri, orang lain dan kehidupan. Terkadang kita hanya perlu merasa cukup untuk melihat bahwa ternyata apapun yang tidak memenuhi ekspektasi kita tidak terlalu buruk, atau kita juga bisa menyesuaikan ekspektasi diri dengan kapasitas diri, dan belajar untuk membuka diri.



Sumber foto: Netflix 

Komentar

Postingan Populer