sejarah, tak searah
Sebabnya kutulis, agar menjadi sejarah yang tetap terbaca dengan baik, agar tak ada ingatan yang tumpang tindih. Tak menjadi cerita serupa mitos, tatkala surya kembali tenggelam pada peraduan, menjelma malam terang bulan.
Agar tak menjadi bualan, segala kisah yang ternyata tak berujung kasih, meski pernah saling asih, tetap layak dikemas dengan bingkisan terindah. Meski keromantisan itu akan tetap terbunuh oleh takdir besar yang tak bisa tertolak.
Meski kata tak lagi pandai bicara, meski nyanyian tak lagi semerdu kala disenandungkan, segalanya tak mampu dihilangkan, tak lenyap meski tetap senyap.
Cahaya gemerlap itu menyilaukan wajah yang kosong, meski dalam ruangnya bergemuruh dan luruh satu persatu. Tak terjaga, hilang seiring jalan, berjatuhan tak sempat diselamatkan.
Sebab semua riuh pada gemuruh, sebab semua sibuk mengepakkan sayap ego tinggi, sebab semua sibuk mencari sesuatu, sebab semua telah hilang sebelum sempat pulang, dan semua-semua itu hanya saling melarikan diri.
Meski amin tak selalu harus beriring dengan realita, segalanya tetap perlu direngkuh dengan iman.Tapi rupanya tetaplah kau pemenangnya, rupanya doaku terpental menjauh, semesta merestuimu, sementara aku kalah, terkoyak koyak, dan beringsut menuju bulan penuh, hari itu.
"Kita bisa apa? Selain mengupayakan dan berpasrah" demikianlah pada akhirnya kalimat terakhir yang coba dijadikan senjata oleh setiap nyawa, adalah bahwa Tuhan punya rencana lain tak terduga, sebagai pereda. Kadang mengobati, kadang juga tidak.
Sumber foto instagram @r.nssaa
Komentar
Posting Komentar