Selamat Hari perempuan untuk praya
Sudah lama ia tidak datang kesini, melahap hari dengan membaca buku, sesekali menulis keramaian kepala, menyusun kata demi kata yang ia ingat dari setiap cerita. Karena cukup lama dibiarkan, mereka sudah sedikit berdebu dan tidak tertata.
Malam itu, sesuatu mendorongnya untuk masuk, pada ruang kesayangan miliknya dahulu, yang barangkali sudah tidak lagi menjadi favorit. Sebuah tulisan tangan berada dihalaman pertama. Tertulis nama Jingga, dan tanda tangan tertanggal 7 Maret 5 tahun lalu. Halaman selanjutnya dibuka, sebuah puisi sederhana, atau barangkali hanya catatan harian biasa, ditulis dengan pena tinta biru.
Hari-hari panjang beriring, saling menggiring kita pada sebuah dunia baru
Dunia yang sempat kugambarkan sebelumnya, meriah, bergemuruh dan menantang
Rupanya dunia sesekali menyusut, diwaktu lainnya terasa amat luas, hingga tak ada yang sanggup melampauinya.
Rintik sedu kopi malam ini, menjadi saksi, bahwa kita adalah nyanyian merdu yang terus bersenandung dipinggiran kota, diriuh angin, di deras sungai, hingga di desa-desa.
Gelora itu, bukanlah igauan malam yang biasa terdengar.
Bara itu, adalah tanda nyata bahwa gemerlap, bukan hanya milik ibu kota yang semakin riuh bergemuruh.
Aku tak ingin melarangmu untuk berduka.
Tapi, warna berbeda yang kau punya, bukan sebuah kecacatan yang harus kau tutupi. Dunia yang kau pijak, hidup yang mendorongmu pada keputusan yang tak selalu membawa kemeriahan yang kau impikan itu, barangkali adalah hidup yang harus kau rayakan keberadaannya.
Bukan karena ingin, meski kau tercekat, rupanya banyak perjalanan yang tak memiliki pilihan yang menyenangkan, tapi kau selalu dipaksa untuk meriah, untuk menari meski dengan bayang-bayang.
Begitulah rupanya aturan hidup, yang telah kita tahu dari bisikan angin semalam.
Kepadamu puan yang tersayang
Hidup memang seringkali menakutkan
Tapi, hidup juga membawamu pada banyak petualangan
Teruslah tumbuh menjadi merekah
Teruslah menyala terang, memberi sinar. Tak ada yang mampu memadamkannya kecuali kau mengamini itu.
Teruslah menjadi sederhana, seperti yang kau inginkan
Aku ingat semua mimpimu, tak suka menjadi sama rata
Melakukan apapun yang ingin kau lakukan
Aku rasa, di depan sana tak ada yang mudah bagimu
Tapi kau tahu? sesuatu yang tak tergambarkan lahir dalam kesederhananmu, Ia menjadi kekuatan, yang seringnya tak disadari.
***
Kepada Praya, besok adalah hari besar bagimu
Bagi seluruh perempuan dimuka bumi
Selamat merayakan, dan selamat hari perempuan
Meski aku tahu kau tak suka dengan perayaan yang hanya sekedar memeriahkan, tanpa mencari makna dan menciptakan makna.
Sebuah perayaan momentum, bagimu adalah kesempatan untuk merefleksikan perjalanan panjang, membuka catatan, dan rekam jejak bagi upaya berdaya dan mewujudkan setara yang manusiawi, begitulah kurang lebih cerita yang gemar kau bagi bersamaku. Meski kau sesekali tidak percaya diri, karena kau sendiri belum sampai pada perwujudan cita-cita besar itu.
Aku jadi ingin bertemu denganmu. Tapi rupanya kita akan jauh, tapi selama kau senang, aku tidak keberatan, semoga kau juga demikian.
Ditulis Jingga, 7 Maret 2019.
Dingin menyeruak wajah malam
Hujan kembali deras, memeriahkan gelap yang semakin lelap
Ia berhenti pada lembar pertama, tubuhnya mematung, sementara ingatannya berpulang pada masa yang sudah lama terlewat.
Mencoba kembali menyadarkan diri, kali ini ia berpindah, disebuah ranjang kecil, ia merebahkan tubuhnya dibawah kuning nyala lampu
Mengumpulkan kepercayaan diri untuk membaca kembali lembar cerita berikutnya yang tak sengaja ia buka.
Tapi malam semakin terpejam, belum sempat ia membaca catatan berikutnya, matanya turut terlelap di bawah redup sinar dan dingin malam.
Foto diambil dari pinterest
Komentar
Posting Komentar